BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Logika Matematika
Kecerdasan (Inteligensi)secara umum dipahami pada dua
tingkat yakni :
1. Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran.
2. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses
informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem
solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.
Jadi mudah
dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran
kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas,
akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang
kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang
kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang
kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan
lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Sementara
itu, yang dimaksud dengan kecerdasan matematis logis menurut adalah kemampuan
penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran
induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan.
Dapat
diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang
dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika,
tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual.
Kecerdasan logis
matematis adalah kemampuan memahami suatu kondisi atau keadaan dengan
menggunakan perhitungan matematis dan melalui penalaran logika. Fokusnya yaitu
kemampuan memecahkan suatu masalah secara logis berdasarkan informasi-informasi
yang dimiliki. Sering disebut juga sebagai kemampuan analisis. Jadi, kecerdasan
logis matematis tak dibatasi pada kemampuan memecahkan soal hitung-hitungan
saja.
Kecerdasan
logis-matematis adalah kemampuan melakukan penalaran, beurusan dengan angka dan
kemampuan untuk memecahkan masalah dengan rasional dan berpikir
jernih.Contohnya: biasanya anak akan melihat suatu mesin bukan dari
keindahannya tetapi dari bagaimana cara kerja mesin itu (urutan kerjanya), juga
biasanya senag main catur dan otomatis biasanya senang dengan pelajaran
matematika.Kecendengannya nanti pada saat bekerja juga ada hubungannya dengan
angka-angka tersebut.
Menurut
Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada
kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta
kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan
linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
Bentuk
kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur.
Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya
dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli
matematika.
Berkaitan
dengan pelajaran matematika. Tokoh-tokoh yang terkenal antara lain Madame
Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.
B.
Ciri-Ciri Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan
Matematis-logis berhubungan dengan pola, rumus-rumus, angka-angka dan logika.
Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki, gambar, aritmatika, dan
memecahkan masalah matematika, mereka seringkali menyukai komputer dan
pemrograman.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan
logika matematika ini di antaranya adalah:
1. banyak bertanya tentang cara kerja suatu hal,
2. suka bekerja atau bermain dengan angka,
3. lebih tertarik pada game matematika dan komputer
dibandingkan permainan lain,
4. suka mengerjakan teka teki logika atau soal-soal
angka yang sulit, suka dan memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran matematika,
5. sering melakukan percobaan mengenai ilmu pasti,
pada saat pelajaran maupun pada waktu luangnya, suka membuat kategori,
hierarki, atau pola logis lain,
6. suka permainan catur, main dam, atau permainan
strategi lain,
7. mudah memahami rumus dan cara kerjanya serta tepat
dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan
8. pandai menggunakan pengetahuannya dan memberi
pendapatnya untuk memecahkan persoalan sehari-hari.
Menurut
Gardner, ciri anak cerdas matematik logis pada usia balita, anak gemar
bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap
sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya, hobi mengutak-atik benda serta
melakukan uji coba. Seperti bagaimana jika kakiku masuk kedalam ember penuh
berisi air atau penasaran menyusun puzzle. Mereka juga sering bertanya tentang
berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang
diajukan. Selain itu anak juga suka mengklasifikasikan berbagai benda
berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung.
Menurut tahap perkembangannya dapat
dilihat, peningkatan kecerdasan logika matematika pada anak, antara lain:
0 – 1
tahun
|
Anak
sangat suka mengamati apa saja yang ada disekitarnya yang dapat dijangkau
dengan mudah
|
1,5 – 2,5
tahun
|
Ia akan
mulai mengklasifikasi objek objek mungkin berdasarkan warna, bentuk dan
fungsi. Atau apabila diusia ini anak mulai berbicara, kesadaran terhadap
konsep “besar” dan “kecil” akan berkembang dan memasuki tingkatan konsep
“lebih besar” atau “lebih kecil” dengan membandingkan berbagai benda.
|
3 – 4
tahun
|
Anak
menyukai kegiatan menyusun benda berdasasrkan urutan kecil ke besar. Diusia
ini anak telah berada dalam tahap perkembangan berpikir untuk menimbang dan
mengukur.Anak usia 3 tahun sudah mulai menyadari konsep pola tertentu, misal
kancing yang disusun dengan pola warna tertentu biru, merah, kuning, hijau,
anak usia ini sudah dapat meniru susunan dengan pola yang samaKonsep logika
lain yang mulai berkembang adalah konsep tentang hubungan sebab akibat.
Hal hal
yang relatif bisa diukur :
|
4 – 5
tahun
|
Anak
biasanya sudah mulai memahami konsep bilangan, dan berkembang kepekaannya
terhadap konsep ukuran ukuran yang ada disekitarnyaHal hal yang relatif bisa
diukur :
|
Risang
Melati juga mengemukakan bahwa untuk memahami anak-anak yang mempunyai
kecerdasan logika dapat dilihat melalui beberapa cara, antara lain:
- Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis dan lain-lain.
- Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut cirri-ciri tertentu.
- Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika: warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman (biji-bijian, umbi-umbian, batang-batangan) balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan kedalam air: apakah terapung, melayang, tenggelam, benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi), kaca pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, baud an suara.
- Membilangkan atau menyebut urutan bilangan minimal 1-10.
- Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 5).
- Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi empat, segitiga).
- Memasang benda-benda dengan pasangannya.
- Bembedakan konsep kasar-halus melalui panca indra.
- Menyebut konsep depan-belakang-tengah, atas-bawah, luar-dalam, pertama-terakhir-diantara, keluar-masuk, naik-turun, maju-mundur
C. Merangsang Kecerdasan Logika Matematika pada Anak Usia Dini
Pada
dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. mendefinisikan
kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan
secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman
pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. Dapat diartikan juga sebagai
kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika
sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan
pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat
pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. Menurut Gardner ada kaitan
antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan
matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan
mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan
untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
Bagaimana
kita merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagimana kita
menanamkan konsep matematis logis sejak dini? Kita bisa mengenalkan pertama
kali pemahaman konsep matematika sejak usia dini dari lingkungan sekitar kita
dan pengalaman sehari-hari anak serta memberikan stimulasi yang mendukung.
Tentu saja hal ini dilakukan tanpa paksaan dan tekanan, dan melalui
permainan-permainan. Dalam pendidikan anak, peran orangtua tak tergantikan dan
rumah merupakan basis utama pendidikan anak. Banyak permainan eksplorasi yang
bisa mengasah kemampuan logika matematika anak, namun tentu hal ini harus
disesuaikan dengan usia anak. Saat anak balita bermain pasir, anak sesungguhnya
sedang menghidupkan otot tangannya yang melatih motorik halusnya sehingga kelak
anak mampu memegang pensil, menggambar dan lain-lain. Dengan bermain pasir anak
sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak semua itu
ada dalam matematika.
Ketika kita
mengenalkan angka pada anak jangan hanya sebagai simbol, misalnya kita
mempunyai dua jeruk, sediakan dua buah jeruk. Sehingga anak paham tentang
konsep angka dan bilangan. Lagu juga bisa menjadi media untuk memperkenalkan
berbagai tema tentang angka. Seperti lagu balonku ada . Atau kita bisa
berkreasi menciptakan lagu sederhana sendiri sambil memperagakan jari kita
sebagai alat untuk menghitung, sehingga secara perlahan anak mudah menangkap
konsep abstrak dalam bilangan.
Setelah anak
mengenal bilangan 1 sampai 10, maka bisa dikenalkan bilangan nol. Memberikan
pemahaman konsep bilangan nol pada anak usia dini tidaklah mudah. Permainan ini
dapat dilakukan dengan menghitung magnet yang ditempelkan di kulkas. Cobalah
mengambil satu persatu dan mintalah anak menghitung yang tersisa. Lakukan
berulangkali sehingga magnet di kulkas tidak ada lagi yang melekat. Saat itu
dapat diunjukkan bahwa yang dilihat pada kulkas adalah 0 (nol) magnet.
Saat berada
di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang
berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta
mengelompokkan sayuran berdasarkan warna. Mengasah kemampuan berhitung dalam
pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu
buah maka sisanya berapa. Bisa juga membuat bentuk-bentuk geometri melalui
potongan sayuran. Sesekali lakukan juga kegiatan membuat kue bersama, selain
dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar
matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu. Memasak
sambil melihat resep juga melatih keterampilan membaca dan belajar kosakata.
Jangan risaukan keadaan dapur yang akan menjadi kotor dan berantakan dengan
tepung dan barang-barang yang bertebaran, karena seperti slogan sebuah iklan
bahwa berani kotor itu baik. Anak senang dan tanpa sadar mereka telah belajar
banyak hal. Saat dimeja makan pun kita mengajarkan pembagian dengan bertanya
pada anak, misalnya supaya kita sekelurga kebagian semua, puding ini kita
potong jadi berapa ya? Lalu bila puding sudah dipotong-potong, angkat satu
bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep
pecahan.
Kita dapat
juga memberikan konsep matematika seperti pemahaman kuantitas, seperti berapa
jumlah ikan hias di akuarium. Ketika bersantai di depan rumah, anak diajak
menghitung berapa banyak motor yang lewat dalam 10 menit. Kenalkan juga konsep
perbandingan seperti lebih besar, lebih kecil dan sebagainya, misalnya dengan
menanyakan pada anak roti bolu dengan roti donat mana yang ukurannya lebih
besar. Saat kita mengenalkan dan menanyakan pada anak bahwa mobil bergerak
lebih cepat daripada motor, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon jambu, atau
tas kakak lebih berat daripada tas adik, sebenarnya hal ini sudah termasuk mengajarkan
anak pada konsep kecepatan, panjang dan berat, sehingga fungsi kecerdasan
matematikanya menjadi aktif.
Untuk
kegiatan di luar rumah, ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam
transaksi sehingga semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti
penjumlahan dan pengurangan. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau
pasar-pasaran dengan teman-temannya. Kita juga dapat memberikan anak
mainan-mainan yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri
dengan dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka bentuk-bentuk geometri
seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain.
Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami
lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu
kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan
sebagainya. Kita juga bisa memberikan game-game dalam komputer yang edukatif
yang mampu merangsang kecerdasan anak.
Permainan-permainan
tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis
anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar berhitung dan
juga bermanfaat melatih kemampuan manipulasi motorik halus terutama melatih
kekuatan jari tangan yang di kemudian hari bermanfaat untuk persiapan menulis.
Selama bermain anak dituntut untuk fokus mengikuti alur permainanyang pada
gilirannya akan melatih konsentrasi dan ketekunan anak yang dibutuhkan saat
anak mengikuti pelajaran disekolah.
Mengapa
stimulasi untuk kecerdasan anak banyak melalui permainan-permainan dan kegiatan
bermain yang menyenangkan? Karena dengan bermain akan membuat anak dapat
mengekspresikan gagasan dan perasaan serta membuat anak menjadi lebih kreatif.
Dengan bermain juga akan melatih kognisi atau kemampuan belajar anak
berdasarkan apa yang dialami dan diamati dari sekelilingnya. Saat memainkan
permainan yang menantang, anak memiliki kesempatan dalam memecahkan masalah
(problem solving). Misalnya menyusun lego atau bermain pasel. Anak dihadapkan
pada masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang
harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar
dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak
keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang menalikan sepatu, anak akan
berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan hingga tuntas.
Dan ini juga akan melatih ketika anak kelak di sekolah mendapat
pelajaran-pelajaran matematika yang berdasarkan pemecahan masalah (problem
solving).
Bagi usia
prasekolah, ketika orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan logis matematis
dirumah, maka akan lebih mudah bagi anak menerima konsep matematika ketika
mulai masuk sekolah. Bagi anak yang telah masuk sekolah, orangtua juga harus
terus mendukung dengan memberikan berbagai macam eksplorasi ataupun
permainan-permainan yang semakin mengasah kecerdasan matematik logis anak
dengan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk terus menarik keingintahuan
anak. Dengan demikian anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika
ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika.
Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di sekolah yang
menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan
pemahaman siswa dan problem solving (pemecahan masalah), kreatif dalam
mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam
permainan dan alat peraga yang menarik sehingga matematika akan menjadi
pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Dalam buku yang berjudul”Menjadi Guru
Yang Mampu dan Bisa Mengajar” disebutkan Learning is Most Effective
When It’s Fun.
D. Urgensi
Kecerdasan Logika Matematika pada Anak Usia Dini
Satu-satu,
aku sayang ibu. Dua-dua, aku sayang ayah. Tiga-tiga, sayang adik kakak. Satu
dua tiga sayang semuanya.
Apa hubungan
lagu Satu-Satu Aku Sayang Ibu dengan logika matematis? Ternyata pengenalan
urutan kesatu, kedua, lalu ketiga itu merupakan salah satu contoh logika
matematis. Nah penguasaan logika dan penalaran matematis ini disebut kecerdasan
logis matematis. Kecerdasan ini dipopulerkan oleh Howard Gardner, profesor
pendidikan di yang memasukkannya sebagai bagian dari kecerdasan majemuk
(Multiple Intelligence). Lebih lengkapnya, kecerdasan logis matematis adalah
kemampuan memahami suatu kondisi atau keadaan dengan menggunakan perhitungan
matematis dan melalui penalaran logika. Fokusnya yaitu kemampuan memecahkan
suatu masalah secara logis berdasarkan informasi-informasi yang dimiliki.
Sering disebut juga sebagai kemampuan analisis. Jadi, kecerdasan logis
matematis tak dibatasi pada kemampuan memecahkan soal hitung-hitungan saja.
Pada
dasarnya, semua anak memiliki kecerdasan logis matematis. Hanya kadarnya saja
yang berbeda-beda. Minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan berhitung
(pada khususnya) juga memengaruhi perkembangan kecerdasan ini. Satu hal yang
pasti, kecerdasan ini perlu dikembangkan―terlebih di usia prasekolah―karena anak
diharapkan mampu melakukan tugas-tugas sederhana yang mungkin saja mengandung
beberapa persoalan yang harus dipecahkannya.
Contoh,
ketika anak diminta merapikan mainan yang berserakan, dia tahu bagaimana cara
merapikannya dengan memilah-milah dan memasukkannya ke dalam boks mainan
berdasarkan tipenya, merapikan buku-buku berdasarkan ukurannya ke rak, dan
sebagainya. Contoh lain, jika tiba-tiba mobil-mobilannya tidak bisa jalan, anak
diharapkan dapat mencari apa penyebabnya secara logis dan sistematis
berdasarkan segala informasi yang dimilikinya. Anak yang memiliki kecerdasan
logis matematis yang baik, akan mudah memahami situasi maupun kondisi yang
tengah dihadapi, kemudian berusaha memecahkan masalahnya.
Dalam
faktanya, matematika merupakan salah satu matapelajaran di sekolah yang
mendapatkan perhatian “lebih” baik dari kalangan guru, orangtua maupun anak.
Selain matematika adalah termasuk matapelajaran yang diujikan dalam ujian
nasional (UN) juga masih ditemukan banyak pihak yang memiliki persepsi bahwa
matematika adalah pengetahuan terpenting yang harus dikuasai anak.
Tetapi,
dalam kenyataan yang dihadapi saat ini, masih terdapat anak yang belum dibekali
kemampuan untuk berprestasi cemerlang di bidang matematika. Seolah-olah mereka,
dihadapkan pada dua hal yang dilematis, di satu sisi mereka “harus” menguasai
matematika, di sisi lain ia merasa lemah untuk belajar matematika. Mungkinkah
hal ini, akibat dari sistem pendidikan kita yang salah? Pola pengasuhan
orangtua yang keliru? Atau memang potensi matematisnya tidak dikembangkan sejak
usia dini? Atau “jangan-jangan”mereka tidak mau belajar karena
merasa tidak butuh dengan matematika.
Hakikatnya,
setiap individu itu dalam kehidupannya pasti membutuhkan matematika (meski
tingkat sederhana, misal: jual beli). Dan, pada prinsipnya setiap anak itu
dikaruniai kemampuan matematis, yakni memiliki kemampuan mengenal angka sejak
dini bahkan sebelum usia sekolah. Anak usia pra-sekolah sudah mengerti tentang
kuantitas, misalnya banyak dan sedikitnya benda, jumlah saudaranya, dll.
Sekarang, tinggal tugas orangtua dan pendidik lah untuk mempertahankan
sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh
dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk
merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Kecerdasan
matematis memuncak pada masa remaja dan masa awal dewasa. Beberapa kemampuan
matematika tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun. Kecerdasan
matematis logis dikategorikan sebagai kecerdasan akademik, karena dukungannya
yang tinggi dalam keberhasilan studi seseorang. Dalam tes IQ, kecerdasan
matematis logis sangat diutamakan. Oleh karenanya, matematika menjadi “bermakna”dalam
kehidupan individu manusia.
Berpijak
pada uraian singkat tersebut, kita menjadi maklum bahwa dalam setiap individu
ternyata telah terdapat potensi kecerdasan matematis. Oleh karenanya, tinggal
bagaimana kita sebagai orangtua, guru, pendamping dapat mengembangkan
kecerdasan tersebut sejak usia dini. Harapannya, ketika tumbuh dewasa anak-anak
tidak lagi kesulitan untuk mencari potensi matematisnya.
Dengan
demikian, PAUD menjadi sarana efektif untuk menggali dan mengembangan
kecerdasan matematis yang dimiliki anak. Tentunya, dengan cara yang sesuai
dengan tingkat pertumbuhan anak. Misalnya, menghitung jumlah kue, jumlah uang,
memperlihatkan warna-warni baju, menghitung banyaknya kotak keramik, dll.
Dengan berusaha menggali dan mengembangkan kecerdasan matematis anak sejak usia
dini, diharapkan ketika masuk jenjang pendidikan selanjutnya, anak tidak lagi
merasa kesulitan untuk menerima materi pelajaran matematika.
E. Kemampuan
Logis-Matematis Anak Prasekolah
Berikut ini kemampuan logis matematis yang
seyogianya dikuasai anak usia dini (early childhood) dan bagaimana
menstimulasinya.
- Kategorisasi/Penggelompokan
Anak dapat memilah-milah/mengelompokkan/mengategorisasikan
segala sesuatu berdasarkan warna, bentuk, ukuran atau lainnya.
Contoh
stimulasi:
Minta anak mengelompokkan sedotan―gunakan
sedotan warna-warni―sesuai warnanya; mana yang merah, hijau, biru, dan
seterusnya. Atau, minta anak menyusun buku-buku ceritanya dari yang kecil/tipis
sampai yang ukuran tebal; merapikan koleksi mobil-mobilannya dari yang
kecil-kecil hingga yang besar; dan lainnya.
- Mencocokkan/Menghubungkan
Secara nalar dan logika anak dapat menghubungkan atau
mencocokkan suatu sebab-akibat, suatu keadaan dan kondisi tertentu atau
mengasosiasikan sesuatu.
Contoh stimulasi:
Lakukan dengan bantuan gambar. Misal, di sebelah kiri
ada deretan simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5; di sebelah kanan ada deretan gambar
apel dengan jumlah tertentu. Kemudian, minta anak menghubungkan dengan garis
antara simbol angka dengan jumlah apel yang sesuai.
- Komparasi/Perbandingan
Anak bisa membandingkan sesuatu dari banyak hal, apakah itu warna,
pola-pola tertentu, bentuk, ukuran, dan lainnya.
Contoh stimulasi:
Letakkan dua atau lebih suatu benda di meja, lalu
minta anak menyebutkan mana yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar. Bisa
juga orangtua meletakkan beberapa gelas berisi air dan minta anak menyebutkan
mana yang lebih banyak dan lebih sedikit airnya.
- Pemahaman Bentuk Geometri
Dapat mengenal bentuk-bentuk geometri sederhana seperti bulat, persegi
panjang, segitiga, dan sebagainya.
Contoh stimulasi:
Minta anak menghitung jumlah bentuk segitiga pada
sebuah gambar rumah yang sederhana atau menghitung jumlah roda pada alat
transportasi seperti becak, sepeda, dan sebagainya.
- Pemahaman Bilangan (number bond)
Anak terampil mengolah angka dan menggunakan
perhitungan matematis. Angka juga suatu simbol yang digunakan untuk berbagai
macam hal, apakah itu menunjukkan waktu, ukuran, harga, dan sebagainya. Yang
termasuk dalam kemampuan ini adalah:
a)
Mengurutkan Bilangan
(Membilang)
Dapat membilang atau mengurutkan angka secara
bertahap, seperti menyebutkan bilangan 1-5, kemudian sampai 10, dan seterusnya
disesuaikan dengan kemampuan anak. Di sini anak juga belajar mengenai konsep
dasar angka, dimana angka 1 lebih sedikit jumlahnya dari angka 2, angka 2 lebih
sedikit jumlahnya dari angka 3, dan seterusnya. Konsep angka ini juga berguna
bagi anak untuk bisa menyatakan waktu, memutar nomor telepon, dan sebagainya.
Cara stimulasi:
Paling mudah lewat nyanyian, seperti lagu,
"Satu-satu aku sayang ibu…." Atau, ketika naik turun tangga, minta anak
sambil menyebutkan bilangan secara urutan. Bisa juga dengan bantuan benda
seperti apel/bola yang dimasukkan ke dalam keranjang, "1 apel, 2 apel, 3
apel,.." Sambil anak diajak menghitung bendanya.
b)
Perhitungan
Sederhana
Dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana.
Konsep perhitungan ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, semisal
ketika berbelanja.
Cara stimulasi:
Lakukan lewat nyanyian, seperti, “Satu
ditambah satu sama dengan dua. Dua di tambah dua….” atau lagu-lagu lain yang
orangtua dapat ciptakan sendiri. Bisa juga dengan mengajak anak bermain “tambah
kurang”. Contoh,
letakkan beberapa buah kubus mainan si kecil, lalu katakan, “Adek, lihat
nih, Ibu punya 1 kubus (sambil meletakkan 1 kubus). Kemudian, Adek memberikan 2
kubus kepada Ibu (sambil meletakkan 2 kubus tersebut di dekat kubus yang
pertama). Nah, sekarang kubus Ibu ada berapa, ya? Coba Adek hitung....” Begitu
pun dengan pengurangan, namun agar anak mngerti jangan gunakan kata “dikurang” tetapi “diambil”.
Belajar matematika tak harus serius, namun bisa
menyisipkannya dalampengalaman sehari-hari. Berikan pemahaman konsep matematika
seperti mengajarkan anak pemahaman kuantitas. Tanyakan padanya es krim A dengan
B mana yang ukurannya lebih besar. Yang penting, papar Abdur, orangtua
memberikan stimulasi yang memadai. Saat anak sudah bisa berkomunikasi, Anda
bisa memasukkan informasi seperti pengenalan konsep perbandingan lebih besar,
lebih kecil, dan sebagainya. Angka hanyalah simbol, sebaiknya anak memahami
proses dibalik angka. "Dari magnitude inilah anak bisa mulai mengenal
konsep angka, hal inilah yang terkadang sering diabaikan orangtua,"
ujarnya.
Ketika Anda mengenalkan dan menanyakan pada anak si A
berlari lebih kencang dibanding B atau si B lebih tinggi dibandingkan A, atau
tas a lebih berat dibanding tas b, sebenarnya Anda sudah mengajarkan pada anak
konsep kecepatan, panjang dalam meter atau berat dalam kilogram. Dengan
demikian, fungsi kecerdasan matematika sudah aktif. "Sejauh anak bisa memahami
itu, orangtua bisa memberikan stimulasi yang lebih tinggi," katanya. Jika
ingin memasukkan anak ke lembaga khusus matematika, coba tinjau kembali apakah
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
Berikan penguatan jika pemahaman anak benar,
sebaliknya luruskan pemahamannya yang menyimpang. Misalnya, ketika anak
mengatakan kecambah akan tumbuh bertambah besar, artinya anak berpikir tak
hanya tambah tinggi namun juga volumenya lebih besar, katakan 'Ya kamu benar'
sebaliknya jika anak tak mampu menebak Anda bisa memancing dengan pertanyaan
`apakah jadi lebih besar atau lebih tinggi?'. Ini salah satu bentuk orang tua
mengevaluasi anak.
F. Mengembangkan Kecerdasan Logis Matematis Dalam Pembelajaran
Bagi usia prasekolah, ketika orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan
logis matematis dirumah, maka akan lebih mudah bagi anak menerima konsep
matematika ketika mulai masuk sekolah. Bagi anak yang telah masuk sekolah,
orangtua juga harus terus mendukung dengan memberikan berbagai macam eksplorasi
ataupun permainan-permainan yang semakin mengasah kecerdasan matematik logis
anak dengan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk terus menarik
keingintahuan anak. Dengan demikian anak akan menyukai pelajaran matematika
karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan
belajar matematika. Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran
matematika di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik,
menekankan pada proses dan pemahaman siswa dan problem solving(pemecahan
masalah), kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta
dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik sehingga
matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu.
Pembelajaran logis matematis disekolah dapat dikembangkan dengan baik, jika
guru memiliki komitmen untuk menerapkan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan kecerdasan logis matematis tersebut. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan membangun diskusi dengan siswa tentang berbagai
kesulitan yang mereka hadapi dalam belajar matematika. diskusi tersebut bukan
saja dapat memberikan masukan kepada guru tetapi strategi apa yang paling cocok
diterapkan dalam pembelajaran, dan juga seorang guru harus dapat melihat
berbagai konsep atau topik yang perlu dioptimalkan kepada siswa.
Dalam hal pembelajaran, saatnya menggunakan paradikma pengoptimalan potensi
siswa, baik potensi intelektual maupun fisik. Mereka harus menjadi pelajar yang
aktif, ditantang untuk menerapkan pengetahuan utama dan pengalaman baru mereka serta
makin bertambahnya situasi yang lebih sulit. Berbagai pendekatan pembelajaran
harus mengajak siswa dalam proses pembelajaran dari pada sekedar mengirimkan
informasi kepada mereka untuk diterimanya.
Kecerdasan logis matematis dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Ada
11 hal yang perlu diciptakan dalam pembelajaranyaitu :
a. Menceritakan
masalah yang dihadapi sehari – hari.kemudian masalah tersebut dipecahkan dengan bantuan pemikiran matematis.
b. Menerjemahkan
masalah dalam matematika. Masalah yang diceritrakan itu biasanya ditulis
intinya lalu dimodelkan dalam model matematikaun untuk untukselanjutnya
dimasukan kedalam rumus matematika.
c. Menciptakan
ketepatan waktuk untuk mecahkan masalah. Dalam hal men yelesaikan masalah
tersebut setelah ditransformaskan kedalam rumus matematika, selanjutnya
diselesaikan dengan mengetur waktu penyelesaianya. Hal ini dimaksudkan agar
proses penyelesaian matematis dapat diketahui efisiensi dan keefektifanya.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa makin mudah masalah dalam soal
matematika, makin cepat penyelesainya atau makin efektif hasilnya.
d. Merencakanan
dan melakukan suatu eksperimen untuk lebih meyakinkan cepat, mudahnya atau
lambat sukarnya penyelesaiaan maslaha secara matetik, sebaiknya dilakukan
penelitian secara sungguh-sungguh dengan menerapkan langkah-langkah kerja atau
metode ilmiah.e. Membuat suatu teknik. Penyelesaian masalah
secara matematis diperlukan penerapan atau penemuan teknik dan kerja yang lebih
efisian.
f. Membuat
diagram venn untuk penyelesaiannya. Diagram benn merupakan salah satu jalan
mempolakan masalah untuk menjelaskan membangun pengertian, sehinggah mudah
dipecahkan.
g. Membuat
silogisme untuk mendemonstrasikan hasil. Pernyataan silogisme merupakan
pernyataan besar dapat diterapkan dalam proses berpikir matematis. Dengan
menerapkan silogisme berarti kita sedang membuat asumsi-asumsi yang boleh jadi
setelah dilakukan penelitian.
h. Membuat
analogi untuk menjelaskan.
i. Menggunakan
keterampilan dalam berpikir.
j. Merancang
suatu pola atau kode atau simbol untuk berpikir sesuatu. Dalam memperlancar
proses berpikir, kecerdasan logis matematik dapat menggunakan kode atau simbol
terhadap objek yang dipikirkan.
k. Mengkategorikan
fakta-fakta yang dipelajari. Fakta yang perlu dikategorisasi sesuai sifat dan
jenisnya.
F. Menerapkan
Kecerdasan Logis Matematik Dalam Pembelajaran.
Pada dasarnya
setiap anak dianugrahi kecerdasan matematika. Pisikolog pendidikan dari
fakultas fisikologi UI, Gagan Hartana M.Psi, mengatakan kecerdasan matematika
diartikan kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan kebutuhan matematika
sebagai selusinya. Misalnya, saat menanam kecambah kacang hijau, dihari pertama
anak melihat kecambah tumbuh, anak dengan kecerdasan matematika akan menebak
kecambah akan tumbuh lebih tinggi tanpa melihat kelanjutan pertumbuhannya. ”
Anak menghadapi problem yang dasar penyelesaiaannya membutuhkan kemampuan
matematika dan mampu berpikir abstrak” katanya, menurut Linda dan
Brucecampbell, penulis buku teaching and learning thrugha multifle intelligences, inteligensi
logika matematika biasanya dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa
komponen, yaitu perhitungan secara matematis berpikir logis, pemecahan masalah,
pertimbangan induktif (penjabaran ilmiah dari umum kekhusus) pertimbangan deduktif
(penjabaran ilmiah secara khusus ke umum). Dan ketajaman pola-pola serta
hubungan-hubungan.
Anak dengan
kemampuan ini akan senang berkutak-atik dengan rumus dan pola-pola abstrak. Hal
ini ditegaskan Howard Gardner dalam bukunya multifel intelligencec, theory
in practice, bahwa ada kaitan logika matematika dengan kecerdasan
linguistik. Pada kemampuan matematika anak menganalisa atau menjabarkan alasan
logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul.
Kecerdasan linguistik diperlukan untuk menurunkan dan menjabarkannya dalam
bentuk bahasa.
Belajar
matematika tak harus serius, namun bisa menyisipkannya dalam pengalaman
sehari-hari. Berikan pemahaman kosep matematika seperti mengajarkan tentang
pemahaman kuantitas. Berikan penguatan jika pemahaman anak benar, sebaliknya
luruskan pemahamannya yang menyimpang. Misalnya ketika anak mengatakan kecambah
akan tumbuh bertambah besar, artinya anak berpikir tak hanya tambah tinggi
namun juga volumenya lebih besar, katakan ” ya kamu benar” sebaliknya jika anak
tak mampu menebak anda bisa memancing dengan pertanyaan, apakah jadi lebih
besar atau lebih tinggi ?. ini salah satu bentuk orang tua mengevaluasi anak.
Gagan (dalam
Uno) mengatakan, kecerdasan matematika bisa mengembangkan kecerdasan lainnya.
”Meski tidak berkaitan secara langsung, namun pungsinya bisa membantu anak
menyelesaikan masalah menggunakan dimensi matematik”. Dimana perkembangan
kemampuan matematika melahirkan pemikiran sistematik pada anak.
As’ari
menganjurkan agar anak diajari konsep perpindahan dan perubahan saat berhitung.
Pada soal penjumlahan, beri tempat untuk memprosentasikan benda-benda yang
jumlahnya mewakili angka lalu tambahkan pula kalimat pertanyaan sehingga anak
tahu bahwa angka tak hanya sebatas simbol saja. Misal, agar anak mahir
matematika, tentu harus memahami konsep dan kelancaran prosedur seperti cara
menambahkan atau mengurangi, yang memerlukan drill and practice,
latihan-latihan yang mengaitkan konsep”.
As’ari mengatakan, syarat anak
dikatakan mahir matematika memiliki beberapa potensi dibawah ini :
1)
Menguasai konsep matematika
2)
Kelancaran prosedur, mengetahui dan memahami soal mana
yang memerlukan analisis.
3)
Kompeten
4)
Penalaran yang
logis. Menyangkut kemampuan menjelaskan secara logika, sebab akibatnya serta
sistematis.
5)
Positive
disposition. Sikap bahwa matematika bermamfaat penerapannya dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar