Jumat, 20 November 2015

Kecerdasan Logika Matematika



 
 BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan (Inteligensi)secara umum dipahami pada dua tingkat yakni :
1. Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran.
2. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.
Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Sementara itu, yang dimaksud dengan kecerdasan matematis logis menurut adalah kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan.
Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual.
Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan memahami suatu kondisi atau keadaan dengan menggunakan perhitungan matematis dan melalui penalaran logika. Fokusnya yaitu kemampuan memecahkan suatu masalah secara logis berdasarkan informasi-informasi yang dimiliki. Sering disebut juga sebagai kemampuan analisis. Jadi, kecerdasan logis matematis tak dibatasi pada kemampuan memecahkan soal hitung-hitungan saja.
Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan melakukan penalaran, beurusan dengan angka dan kemampuan untuk memecahkan masalah dengan rasional dan berpikir jernih.Contohnya: biasanya anak akan melihat suatu mesin bukan dari keindahannya tetapi dari bagaimana cara kerja mesin itu (urutan kerjanya), juga biasanya senag main catur dan otomatis biasanya senang dengan pelajaran matematika.Kecendengannya nanti pada saat bekerja juga ada hubungannya dengan angka-angka tersebut.
Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika.
Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh-tokoh yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.

B.            Ciri-Ciri Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan Matematis-logis berhubungan dengan pola, rumus-rumus, angka-angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki, gambar, aritmatika, dan memecahkan masalah matematika, mereka seringkali menyukai komputer dan pemrograman.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan logika matematika ini di antaranya adalah:
1. banyak bertanya tentang cara kerja suatu hal,
2. suka bekerja atau bermain dengan angka,
3. lebih tertarik pada game matematika dan komputer dibandingkan permainan lain,
4. suka mengerjakan teka teki logika atau soal-soal angka yang sulit, suka dan memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran matematika,
5. sering melakukan percobaan mengenai ilmu pasti, pada saat pelajaran maupun pada waktu luangnya, suka membuat kategori, hierarki, atau pola logis lain,
6. suka permainan catur, main dam, atau permainan strategi lain,
7. mudah memahami rumus dan cara kerjanya serta tepat dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan
8. pandai menggunakan pengetahuannya dan memberi pendapatnya untuk memecahkan persoalan sehari-hari.
Menurut Gardner, ciri anak cerdas matematik logis pada usia balita, anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya, hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba. Seperti bagaimana jika kakiku masuk kedalam ember penuh berisi air atau penasaran menyusun puzzle. Mereka juga sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan. Selain itu anak juga suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung.
Menurut tahap perkembangannya dapat dilihat, peningkatan kecerdasan logika matematika pada anak, antara lain:
0 – 1 tahun
Anak sangat suka mengamati apa saja yang ada disekitarnya yang dapat dijangkau dengan mudah
1,5 – 2,5 tahun
Ia akan mulai mengklasifikasi objek objek mungkin berdasarkan warna, bentuk dan fungsi. Atau apabila diusia ini anak mulai berbicara, kesadaran terhadap konsep “besar” dan “kecil” akan berkembang dan memasuki tingkatan konsep “lebih besar” atau “lebih kecil” dengan membandingkan berbagai benda.
3 – 4 tahun
Anak menyukai kegiatan menyusun benda berdasasrkan urutan kecil ke besar. Diusia ini anak telah berada dalam tahap perkembangan berpikir untuk menimbang dan mengukur.Anak usia 3 tahun sudah mulai menyadari konsep pola tertentu, misal kancing yang disusun dengan pola warna tertentu biru, merah, kuning, hijau, anak usia ini sudah dapat meniru susunan dengan pola yang samaKonsep logika lain yang mulai berkembang adalah konsep tentang hubungan sebab akibat.
Hal hal yang relatif bisa diukur :
  • Mengenal ciri diri sendiri
  • Mengenal warna
  • Mengenal konsep persamaan dan perbedaan
  • Mengelompokkan benda berdasarkan warna dan bentuk
  • Mengenal macam macam rasa dan bau
  • Menentukan posisi luar – dalam, atas – bawah
  • mengenal bangun geometri seperti persegi panjang, segitiga dan lingkaran) dan mulai mengidentifikasi bentuk geometri dengan benda yang ada disekitarnya
  • Mengenal ukuran panjang – pendek, berat – ringan dari benda benda yang ada disekitarnya
  • mengenal waktu dengan matahari, siang – malam
  • Mengenal lambang bilangan 1 – 10
4 – 5 tahun
Anak biasanya sudah mulai memahami konsep bilangan, dan berkembang kepekaannya terhadap konsep ukuran ukuran yang ada disekitarnyaHal hal yang relatif bisa diukur :
  • Mengenal lebih banyak ciri diri sendiri dan mengenali persamaan dan perbedaan dirinya denngan orang lain
  • Menghubungkan ukuran dengan benda yang ada disekitarnya
  • Menghubungkan bentuk geometri dengan benda yang ada disekitarnya
  • memperkirakan ukuran jumlah, panjang pendek, berat ringan benda benda yang ditemuinya
  • Mengurutkan benda berdasarkan warna, ukuran, jenis permukaan denngan pola tertentu
  • Mengamati perubahan bentuk cair, beku, uap dan embun
  • Menentukan posisi kiri kanan, depan belakang
  • Mengenal konsep waktu berdasarkan kegiatan
  • mengenal konsep hari
  • Mengenal konsep dan lambang bilangan 1 – 20

Risang Melati juga mengemukakan bahwa untuk memahami anak-anak yang mempunyai kecerdasan logika dapat dilihat melalui beberapa cara, antara lain:
  1. Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis dan lain-lain.
  2. Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut cirri-ciri tertentu.
  3. Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika: warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman (biji-bijian, umbi-umbian, batang-batangan) balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan kedalam air: apakah terapung, melayang, tenggelam, benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi), kaca pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, baud an suara.
  4. Membilangkan atau menyebut urutan bilangan minimal 1-10.
  5. Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 5).
  6. Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi empat, segitiga).
  7. Memasang benda-benda dengan pasangannya.
  8. Bembedakan konsep kasar-halus melalui panca indra.
  9. Menyebut konsep depan-belakang-tengah, atas-bawah, luar-dalam, pertama-terakhir-diantara, keluar-masuk, naik-turun, maju-mundur
C.      Merangsang Kecerdasan Logika Matematika pada Anak Usia Dini
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
Bagaimana kita merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagimana kita menanamkan konsep matematis logis sejak dini? Kita bisa mengenalkan pertama kali pemahaman konsep matematika sejak usia dini dari lingkungan sekitar kita dan pengalaman sehari-hari anak serta memberikan stimulasi yang mendukung. Tentu saja hal ini dilakukan tanpa paksaan dan tekanan, dan melalui permainan-permainan. Dalam pendidikan anak, peran orangtua tak tergantikan dan rumah merupakan basis utama pendidikan anak. Banyak permainan eksplorasi yang bisa mengasah kemampuan logika matematika anak, namun tentu hal ini harus disesuaikan dengan usia anak. Saat anak balita bermain pasir, anak sesungguhnya sedang menghidupkan otot tangannya yang melatih motorik halusnya sehingga kelak anak mampu memegang pensil, menggambar dan lain-lain. Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
Ketika kita mengenalkan angka pada anak jangan hanya sebagai simbol, misalnya kita mempunyai dua jeruk, sediakan dua buah jeruk. Sehingga anak paham tentang konsep angka dan bilangan. Lagu juga bisa menjadi media untuk memperkenalkan berbagai tema tentang angka. Seperti lagu balonku ada . Atau kita bisa berkreasi menciptakan lagu sederhana sendiri sambil memperagakan jari kita sebagai alat untuk menghitung, sehingga secara perlahan anak mudah menangkap konsep abstrak dalam bilangan.
Setelah anak mengenal bilangan 1 sampai 10, maka bisa dikenalkan bilangan nol. Memberikan pemahaman konsep bilangan nol pada anak usia dini tidaklah mudah. Permainan ini dapat dilakukan dengan menghitung magnet yang ditempelkan di kulkas. Cobalah mengambil satu persatu dan mintalah anak menghitung yang tersisa. Lakukan berulangkali sehingga magnet di kulkas tidak ada lagi yang melekat. Saat itu dapat diunjukkan bahwa yang dilihat pada kulkas adalah 0 (nol) magnet.
Saat berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna. Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka sisanya berapa. Bisa juga membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan sayuran. Sesekali lakukan juga kegiatan membuat kue bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu. Memasak sambil melihat resep juga melatih keterampilan membaca dan belajar kosakata. Jangan risaukan keadaan dapur yang akan menjadi kotor dan berantakan dengan tepung dan barang-barang yang bertebaran, karena seperti slogan sebuah iklan bahwa berani kotor itu baik. Anak senang dan tanpa sadar mereka telah belajar banyak hal. Saat dimeja makan pun kita mengajarkan pembagian dengan bertanya pada anak, misalnya supaya kita sekelurga kebagian semua, puding ini kita potong jadi berapa ya? Lalu bila puding sudah dipotong-potong, angkat satu bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep pecahan.
Kita dapat juga memberikan konsep matematika seperti pemahaman kuantitas, seperti berapa jumlah ikan hias di akuarium. Ketika bersantai di depan rumah, anak diajak menghitung berapa banyak motor yang lewat dalam 10 menit. Kenalkan juga konsep perbandingan seperti lebih besar, lebih kecil dan sebagainya, misalnya dengan menanyakan pada anak roti bolu dengan roti donat mana yang ukurannya lebih besar. Saat kita mengenalkan dan menanyakan pada anak bahwa mobil bergerak lebih cepat daripada motor, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon jambu, atau tas kakak lebih berat daripada tas adik, sebenarnya hal ini sudah termasuk mengajarkan anak pada konsep kecepatan, panjang dan berat, sehingga fungsi kecerdasan matematikanya menjadi aktif.
Untuk kegiatan di luar rumah, ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan pengurangan. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan teman-temannya. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain. Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan sebagainya. Kita juga bisa memberikan game-game dalam komputer yang edukatif yang mampu merangsang kecerdasan anak.
Permainan-permainan tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar berhitung dan juga bermanfaat melatih kemampuan manipulasi motorik halus terutama melatih kekuatan jari tangan yang di kemudian hari bermanfaat untuk persiapan menulis. Selama bermain anak dituntut untuk fokus mengikuti alur permainanyang pada gilirannya akan melatih konsentrasi dan ketekunan anak yang dibutuhkan saat anak mengikuti pelajaran disekolah.
Mengapa stimulasi untuk kecerdasan anak banyak melalui permainan-permainan dan kegiatan bermain yang menyenangkan? Karena dengan bermain akan membuat anak dapat mengekspresikan gagasan dan perasaan serta membuat anak menjadi lebih kreatif. Dengan bermain juga akan melatih kognisi atau kemampuan belajar anak berdasarkan apa yang dialami dan diamati dari sekelilingnya. Saat memainkan permainan yang menantang, anak memiliki kesempatan dalam memecahkan masalah (problem solving). Misalnya menyusun lego atau bermain pasel. Anak dihadapkan pada masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan hingga tuntas. Dan ini juga akan melatih ketika anak kelak di sekolah mendapat pelajaran-pelajaran matematika yang berdasarkan pemecahan masalah (problem solving).
Bagi usia prasekolah, ketika orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan logis matematis dirumah, maka akan lebih mudah bagi anak menerima konsep matematika ketika mulai masuk sekolah. Bagi anak yang telah masuk sekolah, orangtua juga harus terus mendukung dengan memberikan berbagai macam eksplorasi ataupun permainan-permainan yang semakin mengasah kecerdasan matematik logis anak dengan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk terus menarik keingintahuan anak. Dengan demikian anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman siswa dan problem solving (pemecahan masalah), kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik sehingga matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Dalam buku yang berjudulMenjadi Guru Yang Mampu dan Bisa Mengajar disebutkan Learning is Most Effective When Its Fun.

D.      Urgensi Kecerdasan Logika Matematika pada Anak Usia Dini
Satu-satu, aku sayang ibu. Dua-dua, aku sayang ayah. Tiga-tiga, sayang adik kakak. Satu dua tiga sayang semuanya.
Apa hubungan lagu Satu-Satu Aku Sayang Ibu dengan logika matematis? Ternyata pengenalan urutan kesatu, kedua, lalu ketiga itu merupakan salah satu contoh logika matematis. Nah penguasaan logika dan penalaran matematis ini disebut kecerdasan logis matematis. Kecerdasan ini dipopulerkan oleh Howard Gardner, profesor pendidikan di yang memasukkannya sebagai bagian dari kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence). Lebih lengkapnya, kecerdasan logis matematis adalah kemampuan memahami suatu kondisi atau keadaan dengan menggunakan perhitungan matematis dan melalui penalaran logika. Fokusnya yaitu kemampuan memecahkan suatu masalah secara logis berdasarkan informasi-informasi yang dimiliki. Sering disebut juga sebagai kemampuan analisis. Jadi, kecerdasan logis matematis tak dibatasi pada kemampuan memecahkan soal hitung-hitungan saja.
Pada dasarnya, semua anak memiliki kecerdasan logis matematis. Hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan berhitung (pada khususnya) juga memengaruhi perkembangan kecerdasan ini. Satu hal yang pasti, kecerdasan ini perlu dikembangkanterlebih di usia prasekolahkarena anak diharapkan mampu melakukan tugas-tugas sederhana yang mungkin saja mengandung beberapa persoalan yang harus dipecahkannya.
Contoh, ketika anak diminta merapikan mainan yang berserakan, dia tahu bagaimana cara merapikannya dengan memilah-milah dan memasukkannya ke dalam boks mainan berdasarkan tipenya, merapikan buku-buku berdasarkan ukurannya ke rak, dan sebagainya. Contoh lain, jika tiba-tiba mobil-mobilannya tidak bisa jalan, anak diharapkan dapat mencari apa penyebabnya secara logis dan sistematis berdasarkan segala informasi yang dimilikinya. Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis yang baik, akan mudah memahami situasi maupun kondisi yang tengah dihadapi, kemudian berusaha memecahkan masalahnya.
Dalam faktanya, matematika merupakan salah satu matapelajaran di sekolah yang mendapatkan perhatian lebih baik dari kalangan guru, orangtua maupun anak. Selain matematika adalah termasuk matapelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN) juga masih ditemukan banyak pihak yang memiliki persepsi bahwa matematika adalah pengetahuan terpenting yang harus dikuasai anak.
Tetapi, dalam kenyataan yang dihadapi saat ini, masih terdapat anak yang belum dibekali kemampuan untuk berprestasi cemerlang di bidang matematika. Seolah-olah mereka, dihadapkan pada dua hal yang dilematis, di satu sisi mereka harus menguasai matematika, di sisi lain ia merasa lemah untuk belajar matematika. Mungkinkah hal ini, akibat dari sistem pendidikan kita yang salah? Pola pengasuhan orangtua yang keliru? Atau memang potensi matematisnya tidak dikembangkan sejak usia dini? Atau jangan-janganmereka tidak mau belajar karena merasa tidak butuh dengan matematika.
Hakikatnya, setiap individu itu dalam kehidupannya pasti membutuhkan matematika (meski tingkat sederhana, misal: jual beli). Dan, pada prinsipnya setiap anak itu dikaruniai kemampuan matematis, yakni memiliki kemampuan mengenal angka sejak dini bahkan sebelum usia sekolah. Anak usia pra-sekolah sudah mengerti tentang kuantitas, misalnya banyak dan sedikitnya benda, jumlah saudaranya, dll. Sekarang, tinggal tugas orangtua dan pendidik lah untuk mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Kecerdasan matematis memuncak pada masa remaja dan masa awal dewasa. Beberapa kemampuan matematika tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun. Kecerdasan matematis logis dikategorikan sebagai kecerdasan akademik, karena dukungannya yang tinggi dalam keberhasilan studi seseorang. Dalam tes IQ, kecerdasan matematis logis sangat diutamakan. Oleh karenanya, matematika menjadi bermaknadalam kehidupan individu manusia.
Berpijak pada uraian singkat tersebut, kita menjadi maklum bahwa dalam setiap individu ternyata telah terdapat potensi kecerdasan matematis. Oleh karenanya, tinggal bagaimana kita sebagai orangtua, guru, pendamping dapat mengembangkan kecerdasan tersebut sejak usia dini. Harapannya, ketika tumbuh dewasa anak-anak tidak lagi kesulitan untuk mencari potensi matematisnya.
Dengan demikian, PAUD menjadi sarana efektif untuk menggali dan mengembangan kecerdasan matematis yang dimiliki anak. Tentunya, dengan cara yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan anak. Misalnya, menghitung jumlah kue, jumlah uang, memperlihatkan warna-warni baju, menghitung banyaknya kotak keramik, dll. Dengan berusaha menggali dan mengembangkan kecerdasan matematis anak sejak usia dini, diharapkan ketika masuk jenjang pendidikan selanjutnya, anak tidak lagi merasa kesulitan untuk menerima materi pelajaran matematika.


E.       Kemampuan Logis-Matematis Anak Prasekolah
 Berikut ini kemampuan logis matematis yang seyogianya dikuasai anak usia dini (early childhood) dan bagaimana menstimulasinya.
  1. Kategorisasi/Penggelompokan
Anak dapat memilah-milah/mengelompokkan/mengategorisasikan segala sesuatu berdasarkan warna, bentuk, ukuran atau lainnya.
Contoh stimulasi:
Minta anak mengelompokkan sedotangunakan sedotan warna-warnisesuai warnanya; mana yang merah, hijau, biru, dan seterusnya. Atau, minta anak menyusun buku-buku ceritanya dari yang kecil/tipis sampai yang ukuran tebal; merapikan koleksi mobil-mobilannya dari yang kecil-kecil hingga yang besar; dan lainnya.
  1. Mencocokkan/Menghubungkan
Secara nalar dan logika anak dapat menghubungkan atau mencocokkan suatu sebab-akibat, suatu keadaan dan kondisi tertentu atau mengasosiasikan sesuatu.
Contoh stimulasi:
Lakukan dengan bantuan gambar. Misal, di sebelah kiri ada deretan simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5; di sebelah kanan ada deretan gambar apel dengan jumlah tertentu. Kemudian, minta anak menghubungkan dengan garis antara simbol angka dengan jumlah apel yang sesuai.
  1. Komparasi/Perbandingan
Anak bisa membandingkan sesuatu dari banyak hal, apakah itu warna, pola-pola tertentu, bentuk, ukuran, dan lainnya.
Contoh stimulasi:
Letakkan dua atau lebih suatu benda di meja, lalu minta anak menyebutkan mana yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar. Bisa juga orangtua meletakkan beberapa gelas berisi air dan minta anak menyebutkan mana yang lebih banyak dan lebih sedikit airnya.
  1. Pemahaman Bentuk Geometri
Dapat mengenal bentuk-bentuk geometri sederhana seperti bulat, persegi panjang, segitiga, dan sebagainya.
Contoh stimulasi:
Minta anak menghitung jumlah bentuk segitiga pada sebuah gambar rumah yang sederhana atau menghitung jumlah roda pada alat transportasi seperti becak, sepeda, dan sebagainya.
  1. Pemahaman Bilangan (number bond)
Anak terampil mengolah angka dan menggunakan perhitungan matematis. Angka juga suatu simbol yang digunakan untuk berbagai macam hal, apakah itu menunjukkan waktu, ukuran, harga, dan sebagainya. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah:
a)                               Mengurutkan Bilangan (Membilang)
Dapat membilang atau mengurutkan angka secara bertahap, seperti menyebutkan bilangan 1-5, kemudian sampai 10, dan seterusnya disesuaikan dengan kemampuan anak. Di sini anak juga belajar mengenai konsep dasar angka, dimana angka 1 lebih sedikit jumlahnya dari angka 2, angka 2 lebih sedikit jumlahnya dari angka 3, dan seterusnya. Konsep angka ini juga berguna bagi anak untuk bisa menyatakan waktu, memutar nomor telepon, dan sebagainya.
Cara stimulasi:
Paling mudah lewat nyanyian, seperti lagu, "Satu-satu aku sayang ibu." Atau, ketika naik turun tangga, minta anak sambil menyebutkan bilangan secara urutan. Bisa juga dengan bantuan benda seperti apel/bola yang dimasukkan ke dalam keranjang, "1 apel, 2 apel, 3 apel,.." Sambil anak diajak menghitung bendanya.
b)               Perhitungan Sederhana
Dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana. Konsep perhitungan ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, semisal ketika berbelanja.
Cara stimulasi:
Lakukan lewat nyanyian, seperti, Satu ditambah satu sama dengan dua. Dua di tambah dua. atau lagu-lagu lain yang orangtua dapat ciptakan sendiri. Bisa juga dengan mengajak anak bermain tambah kurang. Contoh, letakkan beberapa buah kubus mainan si kecil, lalu katakan, Adek, lihat nih, Ibu punya 1 kubus (sambil meletakkan 1 kubus). Kemudian, Adek memberikan 2 kubus kepada Ibu (sambil meletakkan 2 kubus tersebut di dekat kubus yang pertama). Nah, sekarang kubus Ibu ada berapa, ya? Coba Adek hitung.... Begitu pun dengan pengurangan, namun agar anak mngerti jangan gunakan kata dikurang tetapi diambil.
Belajar matematika tak harus serius, namun bisa menyisipkannya dalampengalaman sehari-hari. Berikan pemahaman konsep matematika seperti mengajarkan anak pemahaman kuantitas. Tanyakan padanya es krim A dengan B mana yang ukurannya lebih besar. Yang penting, papar Abdur, orangtua memberikan stimulasi yang memadai. Saat anak sudah bisa berkomunikasi, Anda bisa memasukkan informasi seperti pengenalan konsep perbandingan lebih besar, lebih kecil, dan sebagainya. Angka hanyalah simbol, sebaiknya anak memahami proses dibalik angka. "Dari magnitude inilah anak bisa mulai mengenal konsep angka, hal inilah yang terkadang sering diabaikan orangtua," ujarnya.
Ketika Anda mengenalkan dan menanyakan pada anak si A berlari lebih kencang dibanding B atau si B lebih tinggi dibandingkan A, atau tas a lebih berat dibanding tas b, sebenarnya Anda sudah mengajarkan pada anak konsep kecepatan, panjang dalam meter atau berat dalam kilogram. Dengan demikian, fungsi kecerdasan matematika sudah aktif. "Sejauh anak bisa memahami itu, orangtua bisa memberikan stimulasi yang lebih tinggi," katanya. Jika ingin memasukkan anak ke lembaga khusus matematika, coba tinjau kembali apakah kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
Berikan penguatan jika pemahaman anak benar, sebaliknya luruskan pemahamannya yang menyimpang. Misalnya, ketika anak mengatakan kecambah akan tumbuh bertambah besar, artinya anak berpikir tak hanya tambah tinggi namun juga volumenya lebih besar, katakan 'Ya kamu benar' sebaliknya jika anak tak mampu menebak Anda bisa memancing dengan pertanyaan `apakah jadi lebih besar atau lebih tinggi?'. Ini salah satu bentuk orang tua mengevaluasi anak.
F.       Mengembangkan Kecerdasan Logis Matematis Dalam Pembelajaran
Bagi usia prasekolah, ketika orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan logis matematis dirumah, maka akan lebih mudah bagi anak menerima konsep matematika ketika mulai masuk sekolah. Bagi anak yang telah masuk sekolah, orangtua juga harus terus mendukung dengan memberikan berbagai macam eksplorasi ataupun permainan-permainan yang semakin mengasah kecerdasan matematik logis anak dengan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk terus menarik keingintahuan anak. Dengan demikian anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman siswa dan problem solving(pemecahan masalah), kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik sehingga matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu.
Pembelajaran logis matematis disekolah dapat dikembangkan dengan baik, jika guru memiliki komitmen untuk menerapkan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kecerdasan logis matematis tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membangun diskusi dengan siswa tentang berbagai kesulitan yang mereka hadapi dalam belajar matematika. diskusi tersebut bukan saja dapat memberikan masukan kepada guru tetapi strategi apa yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran, dan juga seorang guru harus dapat melihat berbagai konsep atau topik yang perlu dioptimalkan kepada siswa.
Dalam hal pembelajaran, saatnya menggunakan paradikma pengoptimalan potensi siswa, baik potensi intelektual maupun fisik. Mereka harus menjadi pelajar yang aktif, ditantang untuk menerapkan pengetahuan utama dan pengalaman baru mereka serta makin bertambahnya situasi yang lebih sulit. Berbagai pendekatan pembelajaran harus mengajak siswa dalam proses pembelajaran dari pada sekedar mengirimkan informasi kepada mereka untuk diterimanya.
Kecerdasan logis matematis dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Ada 11 hal yang perlu diciptakan dalam pembelajaranyaitu :
a. Menceritakan masalah yang dihadapi sehari – hari.kemudian masalah tersebut dipecahkan dengan bantuan pemikiran matematis.
b. Menerjemahkan masalah dalam matematika. Masalah yang diceritrakan itu biasanya ditulis intinya lalu dimodelkan dalam model matematikaun untuk untukselanjutnya dimasukan kedalam rumus matematika.
c. Menciptakan ketepatan waktuk untuk mecahkan masalah. Dalam hal men yelesaikan masalah tersebut setelah ditransformaskan kedalam rumus matematika, selanjutnya diselesaikan dengan mengetur waktu penyelesaianya. Hal ini dimaksudkan agar proses penyelesaian matematis dapat diketahui efisiensi dan keefektifanya. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa makin mudah masalah dalam soal matematika, makin cepat penyelesainya atau makin efektif hasilnya.
d. Merencakanan dan melakukan suatu eksperimen untuk lebih meyakinkan cepat, mudahnya atau lambat sukarnya penyelesaiaan maslaha secara matetik, sebaiknya dilakukan penelitian secara sungguh-sungguh dengan menerapkan langkah-langkah kerja atau metode ilmiah.e. Membuat suatu teknik. Penyelesaian masalah secara matematis diperlukan penerapan atau penemuan teknik dan kerja yang lebih efisian.
f. Membuat diagram venn untuk penyelesaiannya. Diagram benn merupakan salah satu jalan mempolakan masalah untuk menjelaskan membangun pengertian, sehinggah mudah dipecahkan.
g. Membuat silogisme untuk mendemonstrasikan hasil. Pernyataan silogisme merupakan pernyataan besar dapat diterapkan dalam proses berpikir matematis. Dengan menerapkan silogisme berarti kita sedang membuat asumsi-asumsi yang boleh jadi setelah dilakukan penelitian.
h. Membuat analogi untuk menjelaskan.
i. Menggunakan keterampilan dalam berpikir.
j. Merancang suatu pola atau kode atau simbol untuk berpikir sesuatu. Dalam memperlancar proses berpikir, kecerdasan logis matematik dapat menggunakan kode atau simbol terhadap objek yang dipikirkan.
k. Mengkategorikan fakta-fakta yang dipelajari. Fakta yang perlu dikategorisasi sesuai sifat dan jenisnya.
F. Menerapkan Kecerdasan Logis Matematik Dalam Pembelajaran.
Pada dasarnya setiap anak dianugrahi kecerdasan matematika. Pisikolog pendidikan dari fakultas fisikologi UI, Gagan Hartana M.Psi, mengatakan kecerdasan matematika diartikan kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan kebutuhan matematika sebagai selusinya. Misalnya, saat menanam kecambah kacang hijau, dihari pertama anak melihat kecambah tumbuh, anak dengan kecerdasan matematika akan menebak kecambah akan tumbuh lebih tinggi tanpa melihat kelanjutan pertumbuhannya. ” Anak menghadapi problem yang dasar penyelesaiaannya membutuhkan kemampuan matematika dan mampu berpikir abstrak” katanya, menurut Linda dan Brucecampbell, penulis buku teaching and learning thrugha multifle intelligences, inteligensi logika matematika biasanya dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yaitu perhitungan secara matematis berpikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan induktif (penjabaran ilmiah dari umum kekhusus) pertimbangan deduktif (penjabaran ilmiah secara khusus ke umum). Dan ketajaman pola-pola serta hubungan-hubungan.
Anak dengan kemampuan ini akan senang berkutak-atik dengan rumus dan pola-pola abstrak. Hal ini ditegaskan Howard Gardner dalam bukunya multifel intelligencec, theory in practice, bahwa ada kaitan logika matematika dengan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan matematika anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk menurunkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
Belajar matematika tak harus serius, namun bisa menyisipkannya dalam pengalaman sehari-hari. Berikan pemahaman kosep matematika seperti mengajarkan tentang pemahaman kuantitas. Berikan penguatan jika pemahaman anak benar, sebaliknya luruskan pemahamannya yang menyimpang. Misalnya ketika anak mengatakan kecambah akan tumbuh bertambah besar, artinya anak berpikir tak hanya tambah tinggi namun juga volumenya lebih besar, katakan ” ya kamu benar” sebaliknya jika anak tak mampu menebak anda bisa memancing dengan pertanyaan, apakah jadi lebih besar atau lebih tinggi ?. ini salah satu bentuk orang tua mengevaluasi anak.
Gagan (dalam Uno) mengatakan, kecerdasan matematika bisa mengembangkan kecerdasan lainnya. ”Meski tidak berkaitan secara langsung, namun pungsinya bisa membantu anak menyelesaikan masalah menggunakan dimensi matematik”. Dimana perkembangan kemampuan matematika melahirkan pemikiran sistematik pada anak.
As’ari menganjurkan agar anak diajari konsep perpindahan dan perubahan saat berhitung. Pada soal penjumlahan, beri tempat untuk memprosentasikan benda-benda yang jumlahnya mewakili angka lalu tambahkan pula kalimat pertanyaan sehingga anak tahu bahwa angka tak hanya sebatas simbol saja. Misal, agar anak mahir matematika, tentu harus memahami konsep dan kelancaran prosedur seperti cara menambahkan atau mengurangi, yang memerlukan drill and practice, latihan-latihan yang mengaitkan konsep”.
As’ari mengatakan, syarat anak dikatakan mahir matematika memiliki beberapa potensi dibawah ini :
1)       Menguasai konsep matematika
2)       Kelancaran prosedur, mengetahui dan memahami soal mana yang memerlukan analisis.
3)       Kompeten
4)       Penalaran yang logis. Menyangkut kemampuan menjelaskan secara logika, sebab akibatnya serta sistematis.
5)       Positive disposition. Sikap bahwa matematika bermamfaat penerapannya dalam kehidupan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar